TALQIN DAN BAI'AT



Talqin itu peringatan guru kepada murid, sedang bai’at yang juga dinamakan ahad adalah sanggup dan setia murid di hadapan gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan yang diperintahkannya.

Banyak hadist yang menerangkan kejadian Nabi mengambil ahad pada waktu membai’atkan sahabat-sahabatnya.

Diriwayatkan oleh Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa Rosululloh SAW, pernah mentalqinkan sahabat-sahabatnya secara berombongan atau perseorangan.
Talqin berombongan pernah diceritakan oleh Syaddad bin Aus r.a. Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW.

Nabi SAW berkata :
"Apakah ada diantaramu orang asing?" maka jawab saya : "Tidak ada"

Lalu Rosululloh menyuruh menutup pintu dan berkata :
“ Angkat tanganmu dan ucapkan LAA ILAAHA ILLALLOH “.

Seterusnya berliau berkata :
"Segala puji bagi Alloh wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimah ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan engkau tidak sekali-sekali menyalahi janji".

Kemudian beliau berkata pula :
"Belumkah aku memberikan kabar gembira kepadamu bahwa Alloh telah mengampuni bagimu semua ?"

Maka bersabdalah Rasululloh SAW :
"Tidak ada segolongan manusia pun yang berkumpul dan melakukan dzikrulloh dengan tidak ada niat lain melainkan untuk Tuhan semata-mata, kecuali nanti akan datang suara dari langit. Bangkitlah kamu semua, kamu sudah diampuni dosamu dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan".

Oleh karena itu Allah SWT berfirman :
“ Maka bergembiralah kamu dengan bai’atmu, yang telah kamu lakukan itu adalah kejayaan yang agung ( QS.At-Taubah : 111 )”.

Tentang bai’at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusup Al Kurani r.a. dan teman-temannya dengan sannad yang syah : 
Bahwa Sayyidina Ali k.w. bertanya kepada Nabi : 
"Ya Rosululloh tunjukilah aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Alloh dan yang semudah-mudahnya dan paling utama dapat ditempuh oleh hambanya pada sisi Alloh?".

Maka bersabdalah Rosululloh :
"Hendaknya kamu lakukan dzikrulloh yang kekal ( dzikir dawam ) dan ucapan yang paling utama pernah kulakukan dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku yaitu LAA ILAAHA ILLALLOH. Jika di timbang tujuh petala langit dan bumi dalam satu timbangan dan kalimat LAA ILAAHA ILLALLOH dalam satu timbangan lainnya maka akan berat kalimat LAA ILAAHA ILLALLOH dalam daun timbangan yang lain".

Kemudian beliau berkata : 
"Wahai Ali, tidak akan datang kiamat di atas muka bumi ini masih ada orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLOH".

Sayyidina ‘Ali berkata :
“Bagaimana carannya aku berdzikir itu ya Rosululloh ?”.

Nabi menjawab :
”Pejamkan kedua matamu dan dengar aku mengucapkan tiga kali, kemudian engkau mengucapkan tiga kali pula sedangkan aku mendengarkan. 

Maka berkatalah Rosululloh LAA ILAAHA ILLALLOH tiga kali, sedangkan kedua matanya dipejamkan dan suaranya dikeraskan, serta Ali mendengarkannya. Kemudian Ali mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLOH tiga kali dan Nabi mendengarkannya”.

Demikian cara talqin dzikir yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib k.w. yang kemudian diterangkan bahwa talqin dzikir hati yang bersifat bathiniyah dilakukan dengan isbat tidak dengan nafi, yaitu dengan lafadz isim zat. 

Seperti yang difirmankan oleh Alloh dalam Al Quran :
Katakanlah "Alloh" kemudian tinggalkan sifat mereka bermain-main didalam kesesatan (QS.Al-An’aam ; 91).

Nabi memperingatkan Sayyidina Ali k.w. :
“Wahai Ali pejamkan kedua matamu katupkan bibirmu dan lipatkan lidahmu lalu sebutkan ; Alloh, Alloh“.

Inilah cara yang pernah dipelajari dan diambil oleh Sayyidina Abu Bakar r.a. secara rahasia ( mengisi perasaan ) daripada Nabi dan inilah dzikir yang boleh terhujam teguh sampai kedalam hati.

Karena inilah Nabi memuji Sayyidina Abu Bakar r.a bukan karena banyak puasa dan sholat, tetapi karena sesuatu yang terhujam dalam hatinya.

Firman Alloh dalam Al Quran :
"Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh serta tetap tenang hatinya dengan dzikrulloh, bukankah dzikrulloh itu menenangkan dan menentramkan hati?"
( QS Ar-Ra’du : 28 ).

Jalan atau thoriqot yang kedua macam ini tentang dzikir jahar dan khofi adalah pokok daripada seluruh THORIQOT, kemudian tersiarlah dalam perinciannya dengan kurnia Tuhan Yang Maha Murah.

Sesungguhnya dzikir itu adalah sebab wusulnya manusia kepada Alloh SWT dan menjadi sebab pula manusia dapat mahabbah kepada-Nya.

Oleh karena itu, manusia tidak akan dapat menghindari apa yang menjadi kesalahan dan apa yang menjadi kekerasan hati dan begitu pula apa yang menimbulkan segala amarah, melainkan manusia yang mengharapkan Rahmat Alloh dengan mengamalkan dzikir. Dan apabila telah berhasil mereka akan kembali menjadi manusia yang baik sebagaimana Alloh berfirman dalam Hadist Qudsi :
“Aku dekat sekali kepada orang yang hatinya dapat menyingkirkan kesalahan”.

dzikir suryalaya

Selanjutnya di perjelas bahwa :
Kemudian dzikirnya tetap dengan latifah “Qolbi” (kehalusan jantung), yang tempatnya di bawah susu kiri kira-kira dua jari dari susu kiri. Maka setelah terasa dzikir di dalamnya, keluarlah cahaya yang menyinari ke bawah bahunya menuju ke atas atau didalamnya itu terasa getaran kuat.

Lalu ditalqinkan oleh gurunya dengan latifah “ Ruhi ” yang tempatnya dibawah susu kanan, kira-kira dua jari dari susu kanan. Dan setelah melakukan dzikir bersama-sama, dzikir di dalam hati seperti orang melihat kedua jurusan (kanan-kiri), di satukan pandangan bathinnya menjadi satu jurusan. Setelah terasa didalamnnya gerak dan teguhnya dzikir.

Lalu ditalqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “Sirri”. Latifah Siiri ini, tempatnya diatas susu kiri , kira kira dua jari. Dan dzikirnya harus merasa tetap.

Kemudian ditalqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “Khofi” yang tempatnya diatas susu kanan kira-kira dua jari.

Kemudian di talqinkan lagi oleh gurunya dengan latifah “Akhfa“ yang tempatnya di tengah-tengah dada, dan terus diteguhkan dzikir seperti latifah-latifah lainnya.

Setelah itu ditalqinkan lagi dengan latifah “Nafsi“ yang tempatnya diantara mata dan keningnya. Disini diisi dengan teguh hatinya penuh dzikir di seluruh latifahnya.

Kemudian sampai ke latifah “Jasad“ ( latifatul Qolab ) yang berarti kehalusan seluruh badan yang penuh dengan dzikir, setelah menyeluruh dzikirnya di tiap-tiap bahagian anggotanya. Sehingga menembus keseluruhan akar-akar bulunya iman dengan getaran rasa yang lemas dan atau merasa menyelup-kan dzikir nampak diseluruh badan.

Maka dari itu keadaan seperti gerakan dzikir dalam hati itu dari bawah sampai keatas diberi nama oleh ahli Tashowwuf “ Sulthonud dzikir “ ( rajanya dzikir ).

Tuhan telah berfirman :
“Dan sesungguhnya dzikir kepada Alloh sangat berfaedah“

Seterusnya Tuhan berfirman pula :
“Ingatlah kepada Tuhanmu dengan segala kerendahan diri dan khofi, tidak dengan suara keras, senantiasa pagi dan petang dan janganlah kamu menjadi orang yang lupa kepada Tuhan ( QS.Al-A’raf : 205 )”.

Disinilah letaknya keistimewaan Khalifah Pertama Abubakar r.a. , 
Nabi SAW bersabda tentang pendidikannya :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Alloh kedalam dadaku, melainkan aku curahkan kembali kedalam dada Abubakar”.

Dan Nabi SAW berkata seterusnya :
“Alloh tidak melihat pada wajahmu, tetapi Ia melihat kepada isi bathinmu”.

Dan Nabi berkata selanjutnya :
“Tiap-tiap sesuatu ada wadahnya dan wadah taqwa itu adalah hati orang Arifin”.

Nabi SAW bersabda :
“Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLOH tetapi tidak diamalkan sebagaimana yang diperintahkan maka Tuhan mengecamnya : Wahai hambaku, engkau itu dusta, engkau ucapkan apa yang tidak engkau kerjakan“.

Banyak firman-firman Tuhan memperingatkan mereka yang lupa kepada Tuhan itu, antara lain firmannya :
“Barang siapa yang tidak senang memperhatikan peringatan-Ku, bagi orang itu akan disebabkan penghidupan yang sempit, kemudian kami hinpunkan dia pada hari kiamat dengan keadaan buta ( QS.Thoha :124 )”.

Pada firman yang lainnya, Alloh SWT berfirman :
“Barang siapa didunia ini sudah buta, maka di akhiratnya akan lebih buta dan sesat jalannya ( QS.Bani Isroil : 72 )”.

Dalam Al Quran, Alloh SWT memperingatkan pula :
“Jika disebut buta, bukanlah buta matanya, tetapi buta hatinya, yang terletak didalam dada (QS.Al-Haj : 46)”.

Maka dari itu marilah kita perhatikan sabda Penghulu kita Syekh Abdul Qodir al Jaelani q.s.a :
“Sebab-sebab yang membutakan hati itu adalah diantaranya jahil, atau tidak sefaham tentang hakikat perintah ketuhanan. Sebab jahil itu ialah bahwa jika jiwa kita sudah dikuasi oleh sifat jiwa zalim, seperti : takabur, iri dengki, kikir, melihat diri lebih utama, suka membuka rahasia orang lain, suka membawa berita adu domba, bohong, dusta dan semacam dari itu pada sifat-sifat tercela, yang acap kali menjatuhkan manusia kedalam lembah kehancuran dan kehinaan”.

Bagaimana membuang sifat-sifat yang buruk ini ?
Caranya untuk membuang sifat-sifat yang tercela itu adalah jalan membersihkan cermin hati itu dengan membersihkan tauhid, ilmu, amal dan mujahadah yang sungguh-sungguh lahir bathin, sehingga hati yang mati itu hidup kembali dengan Nur-Tauhid.

Telah bersabda Nabi SAW :
“Bagi tiap-tiap sesuatu ada alat pembersih, dan alat pembersih hati yaitu “DZIKRULLOH”. Ketahuilah bahwa membersihkan jiwa dan menolak kehendak nafsu yang keji itu fadhu’ain hukumnya, membutuhkan perjuangan yang besar dan daya usaha yang amat sangat“.

Alloh SWT berfirman dalam Al Quran :
“Barang siapa yang berjuang atau mujahadah, sebernarnya berjuang untuk dirinya”.

Firman Alloh pula dalam Al Quran :
“Adapun orang yang takut kepada Tuhan dan mencegah dirinya daripada hawa nafsu yang keji, balasan dan tempatnya itu adalah syurga“.

Maka firman Tuhan dalam sejarah Nabi Yusuf a.s. :
“Tidak dapat saya melepaskan hawa nafsu saya, karena hawa nafsu saya itu selalu menyuruh saya berbuat kejahatan, kecuali di sayangi oleh Tuhan akan saya ini“ 
( QS Yusuf : 53 ).

Dan berkata pula Rosululloh SAW :
“Yang saya takuti daripada segala ketakutan umat saya, ialah mengikuti hawa nafsu dan berpanjang-panjang cita dan angan-angan kosong. Adapun mengikuti hawa nafsu itu akirnya mencegah manusia sampai kepada yang hak, sedangkan berpanjang cita dan angan-angan kosong, akan merupakan dia ke akhirat“.

Rosululloh SAW bersabda pula :
“Jihad yang terutama, ialah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya“ 
(HR.Bukhori Muslim ).

Sabda Nabi SAW selanjutnya :
“Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang terletak diantara dua lambungmu“.

Firman Alloh SWT dalam Al Quran :
Pasti jaya orang yang membersihkan dirinya, dan pasti celaka orang yang mensia-siakan dirinya ( QS.Asy-Syamsi : 9-10 ).

Yang disebut diatas itulah jiwa yang tercela yang selalu terdapat pada tiap pribadi, pada setiap masa dan zaman.

Semua Agama dan aliran sepakat menanamkan dia jiwa tercela dan menyatakan cemas untuk membencinya, untuk menjaga jangan tertipu dan untuk mencegah jangan sampai pribadi kita condong kepada tipu daya nafsu. Oleh karena itu pekerjaan ulama-ulama Thoriqot yang pertama dan utama mendidik murid untuk dapat menguasai dirinya, ialah melakukan riyadhoh dan latihan-latihan, sanggup menentang hawa nafsunya, sedia mengubah kebiasaan-kebiasaan dan syahwatnya.

Guru-guru Thoriqot itu memperingatkan agar murid-murid meninggalkan sifat-sifat tersebut dan tidak menyukai membiasakan mereka membuat perhitungan laba rugi.

Nabi SAW Berkata :
“Perhitungkanlah dirimu sebelum engkau menghadapi perhitungan Tuhan“.

Ulama-ulama ‘Arifin (Tashowwuf) setengahnya berkata :
“Tidak mengapa mengikuti syahwat yang diperkenankan untuk diri kita, apabila teryata dapat menguatkan ibadah, seperti : tidak mengapa memakai pakaian yang megah untuk melahirkan nikmat Tuhan. Tidak mengapa makan dan minum yang sedap-sedap untuk kepentingan kesehatan anggota badan bersyukur dan menjadi kuat pada indera, sebagaimana yang pernah diperkenankan oleh ulama-ulama sufi dan Thoriqot Syaziliyyah“.

Ahli ma’rifat Syekh Syazili r.a pernah berkata kepada teman-temannya :
“Makan dan minumlah kamu daripada makanan yang baik-baik, minumlah minuman yang sedap, tidurlah diatas tempat yang empuk, berpakaianlah dengan pakaian yang halus, tetapi perbanyaklah dzikir kepada Tuhanmu“.

Firman Alloh :
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah agar pengaruh harta bendamu dan anak pinakmu tidak merusakan kamu daripada dzikrulloh. Barang siapa berbuat demikian, pasti mereka akan rugi“ ( QS.Al-Munafiqun : 9 ).

Firman Tuhan pula :
“Makan dan minumlah kamu daripada rizki yang dikaruniakan Alloh, dan Janganlah kamu berlomba-lomba berbuat kerusakan diatas bumi ini“ ( QS.Al-Baqoroh : 60 ).

Apabila hamba Alloh merasakan yang demikian itu berkata “Alhamdulillah”, maka tiap-tiap anggota badannya bersyukur pula kepada Alloh. Sebaliknya, bilamana manusia itu tidak demikian, ia hanya mengucapkan syukur, padahal dalam hatinya tidak, bahkan mengingkari takdir Tuhan.

Syekh Ali Al-Qodir r.a. berkata :
“Hendaklah berbangga-bangga di dunia orang sufi, tidur diatas tikar yang tenang, Tuhan memasukannya kedalam syurga yang tinggi“.

Keterangan yang diatas ini menjadi dalil, banyak raja-raja dan pangeran-pangeran ahli dunia, yang kebesaran dan kemewahannya tidak mencegah mereka daripada dzikrulloh. Maka di beri pahala dan ganjaran, dan Tuhan memasukan mereka itu dengan rahmat-Nya dalam syurga yang tinggi.

Contoh ini ditiru oleh ulama-ulama Sufi dalam Thoriqot Naqsyabandiyyah, Syaziliyyah dan Kubrawiyyah. Dalam kitab Ar-Rasyikhat telah berkata Tuan Syekh Bahaudin Naqsyabandi r.a. :
“Tiap macam makanan harus baik, beribadat pun harus baik pula”.

Beberapa kalimat ini cukup untuk menunjukan buat Arif Budiman, bahwa tidak semua kesenangan didunia disingkirkan oleh orang-orang Sufi.

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani q.s.a berkata :
“Harta bendamu itu adalah khodammu dan engkau adalah Khodam Alloh. Maka Hidupmu di dunia ini harus menjadi manusia tauladan dan hidupmu di akhirat kelak menjadi orang yang mulia.

Nabi SAW berkata :
“Bukanlah orang yang baik jika engkau tinggalkan dunia dan akhirat atau sebaliknya meninggalkan akhirat untuk dunia, tetapi hendaklah mencapai kedua-duanya, karena dunia itu jalan ke akhirat dan jangan kamu bergantung kepada manusia“. (Ibn As-Sakir).

Firman Tuhan dalam al Quran :
“Kejarlah apa yang diberikan Tuhan untuk akhirat, tetapi janganlah engkau lupa akan nasibmu di dunia. Berbuat baiklah sebagaimana Tuhan berbuat baik kepadamu, janganlah bercita-cita berbuat kerusakan diatas muka bumi ini, karena Alloh tidak menyukai mereka yang berbuat kerusakan“ ( QS.Al- Qosos : 77 )

suryalaya

Sumber: Kitab Miftahush Shudur

TALQIN DAN BAI'AT
4/ 5
Oleh